Jumat, 06 Juli 2012

Aspek lain yang berkembang pada manusia



MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN ASPEK LAIN










OLEH
HARDANIA                          NOVI RAHMILIA
SALVITA                              SUKARWAN
SALMAN SYARIF               NAS ULLAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM  NEGERI
SULTAN QAIMUDDINKENDARI
2012


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..........................................................................................................
B.    Rumusa Masalah.......................................................................................................
BAB II PEMBHASAN
A.    Emosi.........................................................................................................................
B.    Egosentrisme.............................................................................................................
C.    Bermain.....................................................................................................................
D.    Kelekatan...................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...............................................................................................................
B.    Saran.......................................................................................................................... 



 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu proses yang progresif, yang terus maju dan tidak mundur, tidak kembali pada perkembangan semula. Perkembangan dapat dikatakan sebagai berkesinambungan, serta dalam perkembangan setiap individu tidak statis melainkan terjadinya suatu perubahan yang sistematis, sejak manusia lahir hingga kematian.
Perkembangan pada manusia terjadi dalam berbagai aspek, seperti perkembangan emosi, egosentrisme, bermain dan kelekatan. Aspek-aspek ini sangat mempengaruhi aspek- aspek perkembangan yang lain yang dimiliki, yang sangat berpegaruh terhadap perkembangan mental anak dalam proses pembentukan kepribadian anak.

B.    Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.     Apa pengertian perkembangan?
2.     Bagaimana perkembangan emosi dan egosentrisme pada manusia?
3.     Bagaimana perkembangan bermain dan kelekatan pada manusia?







BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN ASPEK LAIN
Perkembangan merupakan suatu proses yang progresif, yang terus maju dan tidak mundur, tidak kembali pada perkembangan semula.
A.)  Emosi
Goleman mengatakan bahwa emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam world book Doctionar, Emosi didefenisikan sebagai berbagai perasaan yang kuat seperti perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan, yang sekaligus merupakan gambaran dari emosi. Selanjutnya dinyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran- pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan  psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Demikian pula menurut Syamsudin( 1990: 69) bahwa emosi merupakan suatu suasana yang kompleks( a complex filing state) dan getaran jiwa ( stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.
Sarwono juga mengatakan hal yang sama bahwa emosi merupakaan suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Selanjutnya dijelaskan baahwa emosi merupakan keadaan pada setiap diri seseorang yang disertai keragaman prilaku, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Ada beberapa macam emosi, antara lain bahagia, gembira, terkejut, jemu, benci, was- was, marah, takut, sedih, dan sebagainya, tidak terbatas pada perasaan tetapi meliputi keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan ragam perilaku. Demikian pula menurut Hurlock mengatakan bahwa emosi merupakan suatu bentuk komunikasi melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak- anak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenai berbagai jenis perasaan orang lain.
Berdasarkan defenisi diatas kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
Sumber-sumber emosi dan suasana hati
v Kepribadian Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dbandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun. Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari, Orang-orang cenderung berada dalam suasanan hati terburuk di awal minggu dan berada daam suasana hati terbaik di akhir minggu.
v Cuaca, Cuaca menjadi sebuah peristiwa yang luar biasa sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Seorang ahli menyimpulkan, "Berlawanan dengan pandangan kultur yang ada, data ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak melaporkan suasana hati yang lebih baik pada hari yang cerah atau sebaliknya.
v Stres, Sebuah penelitian menghasilkan pernyataan, "Adanya peristiwa yang terus-menerus terjadi yang menimbulkan stres tingkat rendah menyebabkan para pekerja mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama seiring berjalannya waktu semakin meningkat.
v Aktivitas sosial Orang-orang dengan suasana hati positif biasanya mencari interaksi sosial dan sebaliknya, interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana hati yang baik. Jenis aktivitas sosial juga berpengaruh. Penelitian mengungkap bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan dengan kejadian-kejadian formal atau yang bersifat duduk terus-menerus. Olahraga adalah salah satu sumber emosi dan suasana hati
v Tidur Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Para sarjana dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengamnbilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi
v Olahraga Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati positif
v Usia Suatu penelitian atas orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.
v Gender Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria. Mereka megalami emosi secara lebih intens dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan. Tidak seperti pria, wanita juga menyatakan lebih nyaman dalam mengekpresikan emosi dan mampu membaca petunjuk nonverbal dan paralinguistik secara lebih baik.

B.)  Egosentrisme
Egosentrisme adalah pemusatan pada diri sendiri, memandang segalanya pada diri sendiri, merasakan sesuatu untul dirinya sendiri, merasakan sesuatu untuk dirinya sendiri. Rasa egosentris yang timbul pada diri individu dikarenakan adanya rasa keingin tahuan terhadap sesuatu pada proses perkembangannya.  Jadi egosentris menimbulkan perasaan ingin tahu sesuatu yang sifatnya baru dan menarik nagi anak itu sendiri, atau biasa (sering) melihat suatu benda yang ada disekitarnya. Ia tidak menghiraukan, namun ketika suatu saat ia melihat benda yang sama, pada tempat yang sama, bersamaan dengan rasa keingintahuannya, kemudian berusaha untuk menghampiri dan meraba atau memegangnya.
Egosentris juga dapat dilihat dalam sudut pandang yang lain. Tahapan- tahapan mengarah pada bentuk – bentuk dan pola tingkah laku yang dilakukan anak dalam rentang kehidupannya, yaitu
1)     Egosentris terhadap Benda
Egosentris ini terjadi pada usia 0- 4 tahun, pada usia ini perhatian anak tertuju pada hal yang baru dan menarik, maka pada saat itu rasa keingingin tahuan anak mulai muncul, dimana anak hanya sekedar ingin mengetahui dan merasakan saja. Sifat keingintahuan terhadap benda tersebut mempunyai sifat sementara, setelah mengetahui dan merasakan maka anak akan meninggalkannya, kemudian  beraloih kepada benda yang lain yang lebih menarik dan yang baru dilihatnya atau benda tersebut membuat rasa penasaran meskipun benda itu sudah pernah dilihat.
Hasil sebuah observasi terhadap anak yang berusia 18- 24 bulan menunjukkan bahwa:
v Egosentris muncul saat anak melihat suatu benda yang baru dan belum dikenal dalam pengertiannya.
v Egosentris ini tercapai saat anak  mempunyai kesempatan anak untuk mengenal dan memegang benda yang dilihat dan dikenalnya
v Anak akan meninggalkan benda yang dikenalnya bila benda tersebut tidak dapat dieksplorasi.
v Rasa egosentris bertambah besar saat benda yang diinginkan tidak dapat diraihnya atau ada sesuatu yang menghambatnya.
Egosentrisme benda terhambat dikarenakan rasa ketakutan atau banyak larangan terhadap anak yang baru muncul rasa keingintahuan, sering disalahkan dalam memegang dan memainkan sesuatu, dan hal ini memunculkakn perilaku:
v Suka mengganggu teman- temannya dengan mencubit, memukul dan mendorong
v Suka merebut benda temannyaatau mengambil mainan temannya, mengumpat dan merusak mainan dan benda orang lain
v Tidak mempunyai keinginan melakukan aktivitas atas anjuran dan suruhan orang lain, dan dalam mengerjakan tugas tidak pernah selesai.
v Perhatian terpecah, sukar untuk konsentrasi dan cepat lelah dalam melakukan tugas/aktivitas
v Aktivitasnya berlebihan dan motorik kasarnya yang lebih dominan daripada motorik halusnya, sehingga anak terhambat dalam menulis.
2)     Egosentris Perhatian
Egosentris perhatian terjadi pada usia 4- 8 tahun, dimana pada masa ini anaksudah mulai melihat orang lain sebagai objek yang dapat memberikan sesuatu kepadanya. Rasa egosentris pada usia ini sesuai dengan tahapan anak pada perceptual dan konkritual, saat ini anak berusaha untuk mendapat perhatian dari orang lain yang lebih dan menjadi pusat perhatian ini ditunjukkan melalui tingkah laku yang membuat orang lain memperhatikan (membuat orang tertawa, kesal,dan marah). Pada usia selanjutnya perkembangan egosentris yakni anak berusaha menunjukkan perhatiannya dengan melakukan berbagai aktivitas agar dapat diperhatikan oleh orang lain.
Egosentris pada tahap ini akan terlihat pada :
v Psikokognitif  yaitu bahasa yang diucapkan dan kata- kata yang disampaikan sudah berusaha untuk dimengerti oleh orang lain dan berusaha utuk dimengerti apa yang dibicarakan orang lain
v Psikoafektif yaitu anak memberikan dan menuruti sesuatu apapun yang diminta orang lain dari dirinya dengan mengharapkan sesuatu dari oranglain untuk dirinya.
v Psikomotorik dimana pada masa ini anak akan banyak beraktivitas dihadapan orang lain ( bertingkah yang mengundang perhatian orang lain).

3)     Egosentris Penampilan
Egosentris pada saat ini berada pada usia 7 sampai usia akil baligh. Perkembangan egosentrisnya yakni anak ingin diakui keberadaannya, anak sudah dapat merasakan dan berfikir dan berfikir bahwa ia bagian dari keluarga, dan bagian dari teman- temannya. Pada egosentris ini anak membutuhkan suatu penerimaan dirinya dari lingkungaan baik dari orang tua maupun teman sebaya. Agar dapat diterima anak sering menunjukkan sesuatu, baik perilaku tertentu yang membuat orang lain memusatkan perhatian maupun sikap yang disukai baik oleh orang tua maupun teman
Prilaku lain pada egosentris ini adalah melakukan protes atas perlakuan orang lain terhadap dirinya, yakni dengan cara mendiamkan, meninggalkan atau masa bodoh terhadap perintah atau intervensi orang lain atas perilakunya. Konfromi juga meruapakan sikap dan prilaku pada egosentris ini, misalnya anak menunjukkan kemampuannya agar dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan, dan bahkan mengikuti aturan dan perintah orang dewasa, orang tua. 
C.)  Bermain
1.     Pengertian Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anakakan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak. Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain :
1.      Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
2.     Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
  1. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
  2. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
  3. Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya
Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak memalui aktivitas bemain. Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan bermain. Bermain, jika ditinjau dari sumber kegembiraannya di bagi menjadi dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinau dari aktivitasnya, bermain dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya) dan drama.
2.     Tahap Perkembangan Bermain
Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.

a.     Jean Piaget
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1.     Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun)
 Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutankenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive assimilation.
2.     Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)
Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya . Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.
3.     Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)
Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4.     Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.

Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya dilakukan untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk hasil tertantu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
b.     Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain mrnurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1.     Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya.
2.     Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
3.     Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.
4.     Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain(seperti perkembangan kreativitas), dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.

D.)  Kelekatan
Kelekatan adalah suatu proses untuk mendapatkan kontak sosial, kehangatan dan kasih sayang. Kelekatan sifatnya mendekatkan diri pada orang yang menjadi orang lekat, tetapai anak tidak mengalami ketergantungan, ia mencari dan mempertahankan kontak sosial dengan orang- orang tertentu saja. Tingkah laku yang lekat terjadi karena adanya pencarian sesuatu terhadap dirinya untuk mengadakan manipulasi dan eksplorasi benda, perhatian dan segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Orang yang pertama dipilih dalam kelekatan adalah ibu( pengasuh), ayah atau saudara- saudara yang lain. Jadi tingkah laku lekat merupakan suatu pola yang dimiliki setiap individu dari anak sampai dengan orang dewasa, terutama dalam hal:
1.     Mengenal lingkungannya hingga ia merasa bahwa ia memerlukan orang lain sebagai tempat untuk mendaapatkan atau memperoleh sesuatu yang dicarinya.
2.     Kelekatan diawali sebelum anak mengadakan proses belajar, terjadi pada hungan harmonis, dinamis dan aktif antar ibu( biologis, pengasuh atau orang lain)dengan anak.
Kelekatan terjadi dengan baik dan berjalan sesuai usia perkembangan anak jika mendapatkan stimulasi atau sentuhan fisik maupun psikologis.
Stimulasi( sentuhan) fisik menunjukkan proses anak dalam berinteraksi dengan sosialnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa anak yang tahapan konseptualnya tidak mendapat sentuhan yang baik akan menunjukkan tingkah laku penyimpangan, diantaranya:
v Kurangnya aktivitas, gerak motorik yang lambat dan keterampilan motorik yang kurang, baik motorik kasarr maupun motorik halus.
v Kontak dengan benda asing yang belum dikenal akan menunjukkan reaksi yang defensif, yaitu memperlihatkan rasa ketakutan terlebih dahulu.
v Melakukan perusakan benda- benda disekitarnya
Stimulus( sentuhan) psikologis. Kelekatan terjadi dengan kontak atau interaksi antara anak dengan orang lain dengan intensitas tertentu. Denga sentuhan psikologis akan membentuk perilaku:
v Anak merasa aman dalam situasi apapun
v Meningkatkann kepercayaan diri yang kuat
v Merespon atau menaggapi stimulus maupun bentuk informasi yang diterima, baik denga orang lekat maupun bukan.
Anak pada masa bayi dan usia konseptual yang tidak mendapat sentuhan psikolohis akan menunjukkan penyimpangan sosialnya, yakni dalam sosialisasi dengan lingkungan sebaya maupun dengan lingkungannya.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
v Perkembangan merupakan suatu proses yang progresif, yang terus maju dan tidak mundur, tidak kembali pada perkembangan semula.
v Goleman mengatakan bahwa emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Jadi, emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. Egosentrisme adalah pemusatan pada diri sendiri, memandang segalanya pada diri sendiri, merasakan sesuatu untul dirinya sendiri, merasakan sesuatu untuk dirinya sendiri. Rasa egosentris yang timbul pada diri individu dikarenakan adanya rasa keingin tahuan terhadap sesuatu pada proses perkembangannya. Adapun tahapan- tahapan egosentris yakni egosentris terhadap benda, perhatian, dan penampilan
v Ada beberapa tahap kegiatan bermain menurut Piaget adalah Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun), Permainan Simbolik (± 2-7 tahun), Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun), Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas). Kelekatan adalah suatu proses untuk mendapatkan kontak sosial, kehangatan dan kasih sayang. Kelekatan terjadi dengan baik dan berjalan sesuai usia perkembangan anak jika mendapatkan stimulasi atau sentuhan fisik maupun psikologis.

B.    Saran





DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Machmud. psikologi perkembangan, Kendari: Cv Shadra.2010.
http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/macam-macam-emosi






Tidak ada komentar:

Posting Komentar